Mendeteksi Pembual
Dalam buku Carl Sagan The Demon-Haunted World: Science as a Candle in the Dark, beliau menyajikan analogi terkenal yang dikenal sebagai Naga di Garasi Saya. Walaupun saya tidak bisa memberikan kutipan yang sama persis dari buku tersebut, saya rasa saya bisa menjelaskan konsep tersebut kepada Anda.
Carl Sagan menggunakan analogi naga untuk mengilustrasikan pentingnya pemikiran kritis dan pembuktian yang bisa dipertanggungjawabkan dalam penyelidikan ilmiah.
Bayangkan Anda memberi tahu teman Anda bahwa Anda punya seekor Naga yang tinggal di garasi Anda. Sudah selayaknya, teman anda itu skeptis dan ingin melihat Naga itu. Tapi, Anda menjelaskan bahwa naga itu tidak terlihat dan tidak berwujud, membuatnya tidak dapat dideteksi oleh instrumen ilmiah mana pun. Selain itu, si naga itu melayang di udara, sehingga tidak meninggalkan jejak atau menyentuh benda apa pun. Naga itu juga bisa bernapas dengan api, tetapi apinya juga tidak terlihat dan tidak panas.
Teman Anda, yang ternyata adalah seorang pemikir rasional, menyarankan berbagai cara untuk menguji apa yang anda katakan. Teman anda mengusulkan membawa bubuk tepung terigu untuk ditaburkan di lantai untuk mengungkap jejak kaki naga atau menggunakan kamera pendeteksi panas (thermal infrared camera) untuk mendeteksi api yang tak terlihat. Tapi, Anda sebagai pembual memiliki jawaban untuk semuanya, melawan setiap saran teman anda dengan banyak alasan mengapa saran-saran pengujian teman anda itu tidak akan berhasil.
Dalam analogi ini, Sagan menyoroti masalah klaim yang tidak dapat difalsifikasi. Tidak peduli bukti atau tes apa yang diajukan, Anda selalu menemukan cara untuk menyangkalnya. Tanggung jawab pembuktian kebenaran terletak pada orang yang membuat pernyataan yang diluar nalar. Pernyataan yang diluar nalar membutuhkan bukti khusus. Jika tidak ada cara untuk menguji klaim atau memberikan bukti untuk mendukungnya, maka klaim tersebut menjadi tidak dapat dibedakan dari asersi yang tidak berdasar.
Maksud Sagan adalah bahwa kita harus melakukan pendekatan klaim yang diluar nalar dengan sikap skeptis dan menuntut bukti sebelum dapat menerima klaim ini. Metode ilmiah mengandalkan pemikiran kritis, bukti, dan pengujian untuk membedakan kebenaran dari fiksi. Tanpa prinsip-prinsip ini, kita berisiko jatuh ke dalam perangkap menerima klaim apa pun tanpa kebenaran mutlak.
Catatan:
Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain